2050 lebih banyak plastik daripada ikan - 2050 manusia makan ikan!

#SAYAkerentanpaplastik

Pelaut kawakan Inggris, Ellen MacArthur telah menjelajahi lautan seumur hidupnya. Kini, perempuan yang mendapat gelar kehormatan 'Dame' dari Kerajaan Inggris itu memperingatkan bahwa pada 2050 di laut bakal ditemukan lebih banyak plastik dibanding ikan.

Menurut laporan dari yayasan yang ia bentuk-- Ellen MacArthur Foundation-- yang dikeluarkan di World Economic Forum pada Selasa, 19 Januari lalu, konsumsi plastik mencapai 20 persen lebih tinggi daripada industri minyak dalam 35 tahun mendatang.
Produksi plastik meningkat hingga 20 kali lipat semenjak 1964. Pada 2014, produksinya mencapai 311 juta ton. Jumlah itu akan meningkat dua kali lipat dalam 20 tahun mendatang dan meningkat empat kali lipat pada 2050.
Di satu sisi permintaan plastik meningkat, namun hanya 5 persen yang bisa didaur ulang. Sementara 40 persen harus berakhir di tempat pembuangan sampah akhir atau di lautan.
Sisanya dibakar namun dalam prosesnya menghabiskan banyak bahan bakar fosil.
"Setidaknya 8 juta ton plastik ditemukan di laut, itu sama dengan 1 truk sampah plastik yang buang muatannya ke lautan tiap menit," tulis laporan tersebut seperti dilansir dari The GuardianRabu (20/1/2016).
"Jika tak segera diambil tindakan, akan meningkat dua truk per menit pada 2030 dan empat truk per menit pada 2050," lanjut laporan itu.
"Jika dihitung, di lautan akan ada 1 ton plastik untuk tiap 3 ton ikan pada 2025, dan pada 2050 akan lebih banyak plastik dibanding ikan."
Sebuah plastik daur ulang bisa saja terurai di lautan terutama di air hangat, namun proses pembebasan kimia beracun bisa saja termakan oleh ikan dan akan berakhir di mata rantai makanan manusia.

 Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Jenna R. Jambeck dari University of Georgia, pada tahun 2010 ada 275 juta ton sampah plastik yang dihasilkan di seluruh dunia. Sekitar 4,8-12,7 juta ton diantaranya terbuang dan mencemari laut.

Indonesia memiliki populasi pesisir sebesar 187,2 juta yang setiap tahunnya menghasilkan 3,22 juta ton sampah plastik yang tak terkelola dengan baik. Sekitar 0,48-1,29 juta ton dari sampah plastik tersebut diduga mencemari lautan.

Jumlah Polusi Laut atas Sampah Plastik (juta ton/tahun)
China
3.53
Indonesia
1.29
Filipina
0.75
Vietnam
0.73
Sri Lanka
0.64
Thailand
0.41
Mesir
0.39
Malaysia
0.37
Nigeria
0.34
Bangladesh
0.31
Afrika Selatan
0.25
India
0.24
Algeria
0.21
Turki
0.19
Pakistan
0.19
Brazil
0.19
Burma
0.18
Maroko
0.12
Korea Utara
0.12
Amerika Serikat
0.11

Data itu juga mengatakan bahwa Indonesia merupakan negara dengan jumlah pencemaran sampah plastik ke laut terbesar kedua di dunia. China memimpin dengan tingkat pencemaran sampah plastik ke laut sekitar 1,23-3,53 juta ton/tahun.

Padahal kalau boleh dibilang, jumlah penduduk pesisir Indonesia hampir sama dengan India, yaitu 187 juta jiwa. Namun tingkat pencemaran plastik ke laut India hanya sekitar 0,09-0,24 juta ton/tahun dan menempati urutan ke 12. Artinya memang ada sistem pengelolaan sampah yang buruk di Indonesia.

Tidak berhenti sampai di situ, pencemaran plastik di Indonesia diperkirakan akan terus meningkat. Saat ini, industri industri minuman di Indonesia merupakan salah satu sektor yang pertumbuhannya paling pesat. Pada kuartal I-2019, pertumbuhan industri pengolahan minuman mencapai 24,2% secara tahunan (YoY) hanya kalah dari industri pakaian jadi.

Banyak dari hasil akhir produk minuman menggunakan plastik sekali pakai sebagai packaging. Minuman-minuman tersebut dapat dengan mudah ditemui di berbagai gerai ritel, baik modern maupun tradisional.

Pertumbuhan industri minuman yang sangat pesat tentu saja akan menghasilkan pertumbuhan jumlah sampah plastik yang semakin banyak. Terlebih saat ini kapasitas pengolahan limbah plastik masih terbilang minim.
TIM RISET CNBC INDONESIA

pada 1950, Our World in Data menyebut produksi plastik di seluruh dunia hanya 2 juta ton per tahun. World Economic Forum (WEF) kemudian memprediksi bahwa pada 2050 angka tersebut akan membengkak hingga 562 kali lipat alias mencapai 1.124 juta ton.

Jika tak dikelola serius, pencemaran sampah plastik tidak hanya merusak lingkungan secara sistematis, namun juga memicu timbulnya berbagai penyakit kronis pada manusia, serta membunuh hewan-hewan laut yang tak sengaja terjerat maupun mengonsumsi sampah tak terurai itu. 
Catatan tersebut mengerikan sebagaimana diberitakan nationalgeographic, “teror” sampah plastik sudah sampai di kedalaman 10.994 meter Palung Mariana, palung paling dalam di muka bumi.

“Kita semua menginginkan dunia tanpa polusi plastik, tetapi kita tidak akan mau dunia tanpa plastik,” ujar Steve Russell dari American Chemistry Council. 

Lantas, usaha apa lagi yang bisa kita lakukan?

Comments

Popular Posts