PAMERAN KEEMPAT FOKUS - "PENJAKES" MEWARNAI BALIKPAPAN

Capek tapi puas plus bahagia. Dua hari menggelar pameran di Dahor Heritage Balikpapan 5-6 Mei 2018, memberi kesan mendalam. Pameran bertajuk Penjakes (Pendidikan Jalur Kesenian) ini, adalah pameran dari Forum Kreatif Usaha Sama-Sama (Fokus) Kota Balikpapan, yang keempat kalinya, dalam kurun waktu setengah tahun terakhir.

“Seperti namanya, Penjakes memang mengusung semangat agar sekarang saatnya masyarakat Balikpapan melihat bagaimana kesenian tumbuh. Sebaliknya, kami ingin terus membumikan kesenian agar jangan menjadi sesuatu yang jauh dari masyarakat,” kata Abi Ramadan Noor, Ketua Fokus Kota Balikpapan.

Tidak hanya itu, karena bagaimana para pengkarya seni melewati proses, bisa juga dilihat. Semangat awal dari kawan-kawan yang menempatkan kemerdekaan berkarya, mengisi satu demi satu lini proses itu.

Informasi pameran sudah digeber jauh hari, mulai dari medsos hingga aplikasi percakapan semisal WhatsApp. Namun, pengunjung pameran tidak banyak. Meski demikian, kembali lagi pada hal di atas: proses. Satu hal ini tak ternilai harganya.

“Kami berangkat dengan semangat dan keterbatasan dana. Bukan materi yang kami cari, namun kepuasan diri sebagai pengkarya seni kreatif, dalam berekspresi tanpa tekanan, dan keinginan agar seni lebih dikenal publik. Menciptakan pasar industri seni kreatif di Balikpapan, semoga itu bisa terwujud ke depannya,” tutur Abi.

Bisa menggelar pameran di Dahor Heritage, rumah cagar budaya di kawasan Dahor yang dikelola Pertamina ini, ibarat langkah awal. Tepatnya, satu lagi langkah awal dari Fokus Kota Balikpapan, untuk maju ke depan.

Dahor adalah bangunan bersejarah, rumah peninggalan Belanda. Cocok dengan konsep pameran yang diusung Fokus: pameran yang tidak muluk-muluk. Hal terpenting adalah hanya ruang (tempat) dan kesempatan yang diharapkan.

Namun itu tak menghalangi kreativitas. Dalam pameran di Dahor, kawan-kawan di Fokus yang berpartisipasi sekitar 20-an orang. Dari seni rupa, ada Abi Ramadan Noor, Hanif Honeyf, Mitra Mit8Art, Angga Pratama, Febri Black Ant, TBM BungaKertas, Bimo, Mustafa Artmius, Sindhu Jaricanggih, Aisyah, Andri, Andismaryono, dan Meracik Warna.

Sedangkan dari Seni Kriya, peserta diwakili oleh Arik Bumerang (Borneo Boomerang Club), Buenau Handmade, Galeri KITA, kolabsco, Komunitas Crafter Balikpapan (KCB), dan Rudi. Dari ranah animasi, ada SIKAB. Adapun dari lini literasi, diisi oleh Lapak Literatur dan NBC Balikpapan.

“Kami memandang pameran sebagai ajang silaturahmi. Saling berdiskusi, mempererat relasi, yang pada akhirnya itu adalah juga sebagai proses. Bagi kami proses menuju semakin berkembang dan membumikan seni. Bagi masyarakat, proses semakin mengenal kami dan karya-karya kami,” kata Abi.

Ketika dukungan muncul, dari kawan-kawan, Fokus melihatnya sebagai “amunisi” agar semakin lebih baik, dan tidak kehilangan jati diri sebagai seniman kreatif. Juga semakin memantapkan semangat agar terus bergerak.

Kawan-kawan musisi yang hadir, semakin menyemarakkan acara di waktu sore hingga malam. Ada Catur Winky, Junjung Nyawa, Leonora, dan Biru Tamaela. Melihat perform mereka, Balikpapan wajib berbangga punya talenta musik seperti mereka.

Sastrawan Gol A Gong juga menyempatkan hadir dan berdiskusi. “Timming-nya pas banget. Kami butuh suntikan semangat dari mereka-mereka yang sudah punya jam terbang tinggi, seperti mas Gol A Gong,” papar Abi.

Selain puluhan karya yang dipajang, ada juga 20 karya instalasi (panel) topeng di pameran. Topeng dari karton yang digambar memakai cat akrilik ini, buatan anak-anak dari TBM Bunga Kertas, Samboja, Kutai Kartanegara. Sebagian dari mereka, juga hadir lho ke pameran, diantar bu lurah mereka.

“Mereka membuat panel topeng ini, khusus untuk dipajang di Penjakes. Kesempatan yang bagus juga untuk anak-anak agar melihat apa itu pameran seni, dan tahu Dahor Heritage” kata Walrina, pendiri TBM Bunga Kertas, yang juga salah satu anggota Fokus Kota Balikpapan.

Dalam pembuatan Topeng Art, lanjut Walrina, anak-anak dilatih secara langsung menerapkan konsep dasar literasi, yakni: Literasi Bahasa dan Digital (membaca dari berbagai sumber referensi secara digital utk mendapatkan ide), 2. Literasi Numerasi ( menghitung/mengukur), dan 3. Literasi Budaya dan Kewargaan.

Beberapa lukisan karya beberapa pelajar dari SMP Alam Balikpapan--Hanifah Fakhrunnisa dan Tazkiya Fikra Ulinnuha--juga dipamerkan. Abi menyebut, bagaimana pun, mereka, yang akan melanjutkan tongkat estafet seni di Balikpapan. Kesempatan dan ruang mesti dibuka sejak remaja. Mereka, yang mungkin akan menghadapi era yang lebih berat dari sekarang.

“Kembali ke Fokus Balikpapan, pertarungan sebenarnya kami dalam ranah seni dan industri kreatif, adalah setelah pameran. Tidak ada yang mudah, tentu saja. Namun kami memilih terus bergerak, dan mungkin saja tersungkur berkali-kali. Itu lebih baik dan menarik, daripada diam,” pungkas Abi.

Sebuah kota, sebuah daerah, tidak berwarna tanpa adanya seni, bukan? 

Comments