CREATIVE ART SPACE MENULARKAN "VIRUS" SENI DI BALIKPAPAN

Fokus Creative Art Space, “gedung kesenian swasta versi kontrakan” di Balikpapan, Kaltim, memang baru berumur dua bulan. Namun sejak "gedung" itu lahir, para "pengelolanya" sudah bertekad menularkan virus. What?? Virus? virus apaan?

Tenang, ini bukanlah virus yang identik dengan penyakit. Namun virus dalam arti yang positif, yang merujuk pada virus menularkan kecintaan dan respek pada seni. Mengapa? Seperti kata pepatah, tak kenal maka tak sayang, itulah esensinya.

Dan, virus yang seperti itu, yang paling cocok untuk diinjeksi, ditularkan kepada anak-anak muda dan para remaja. Merekalah yang akan menggenggam tongkat estafet seni di kota ini, dalam 10-20 tahun mendatang.  




Seperti pada 1 Agustus 2018 kemarin, para pelajar Sekolah Alam Balikpapan kelas 7, menyambangi Fokus Creative Space Art, di bilangan Kampung Timur, Balikpapan. Datang untuk mendapat “virus seni”, pastilah pengalaman menyenangkan.

Mereka, kawan-kawan muda ini, selama hampir tiga jam, berbincang-bincang soal anatomi manga karakter dan origami. Anatomi manga karakter ini adalah teknik dasar untuk menggambar karakter, sedangkan origami seni melipat kertas.

“Dalam menggambar karakter, anatomi ini penting karena menjadi dasar gambar,” kata Raymon, komikus yang memberi kursus singkat perihal anatomi manga karakter itu.

Sedangkan Abi Ramadan Noor, pelukis yang juga Ketua Forum Kreatif Usaha Sama-sama (Fokus) Kota Balikpapan, membantu kawan-kawan muda ini melipat-lipat kertas. Serunya, “transfer virus” pagi itu.

Sepintas, Fokus Creative Art Space ini pasti bakal disangka sebagai kedai kopi. Tulisan “Kopsah”, Kopi Sahabat, barangkali lebih kelihatan dari jalan ketimbang papan bertulisan “Creative Space Art” yang nangkring di depan pintu masuk.

“Kopi adalah media pergerakan bagi kawan-kawan yang tergabung di Fokus, yang saat sekarang sudah beranggotakan hampir 70 seniman. Creative Space Art ini adalah ruang ekspresi kawan-kawan seniman, karena mereka bisa memajang karya,” kata Abi.

Bagi Abi, kopi dan pergerakan seni adalah dua hal yang bisa saling menunjang, bukan saling melemahkan. Ketika dua hal itu, disatukan dalam satu bangunan rumah--yang sederhana--pergerakan seni itu bisa dijalankan lebih cepat. Ibarat virus, cara penularannya, bisa bakalan lebih cepat. "Adanya Kopsah (Kopi Sahabat) berawal dari ide bagaimana melakukan pergerakan seni," kata Abi menjelaskan.

“Bukan perkara mudah mengenalkan kecintaan seni pada publik Balikpapan. Namun Balikpapan punya banyak talenta seni, yang mestinya mendapat ruang berekspresi. Tapi juga mesti memikirkan aspek sosial,” kata Abi.

Artinya, ini bukan lagi tentang bagaimana seniman bergerak untuk dirinya sendiri. Namun juga soal tanggung jawab seniman menampilkan karya dan mengupayakan, membuka ruang dialog dengan adik-adik mereka.

Di mata Abi, kedatangan kawan-kawan, adik-adik ini ke “gedung kesenian swasta versi kontrakan” ini, harus diperbanyak. Karena itu dia mempersilahkan para pelajar melihat-lihat isi “gedung” alias rumah ini. Ada lukisan, ada karya kerajinan, instalasi, hingga buku-buku.


“Mereka, kawan-kawan, bisa ketemu langsung dengan senimannnya. Sekaligus menanyakan apa saja. Ini sekaligus proses mentoring yang menyenangkan. Dan melalui Creative Art Space, kami mencoba mengenalkan konsep-konsep baru dalam menginjeksikan virus seni. 
Kawan-kawan yang punya bakat seni, dan awalnya hanya sebatas hobi, bisa dapat wawasan baru,” ucap Abi.

Abi dan kawan-kawan di Fokus Kota Balikpapan, saat ini, sedang, dan terus intensif, dalam berkomunikasi dengan kawan-kawan lain yang peduli akan seni, juga guru-guru sekolah. Melalui mereka, terutama guru-guru yang “mengompori” siswanya akan seni, maka seni akan hidup dan berkembang di Balikpapan. Ke depan, semakin banyak seniman di kota ini bisa lebih "menggema" di tingkat nasional.

“Mungkin ada banyak keraguan dirasakan sejumlah pihak, apakah seni bisa mendapat tempat di Balikpapan, mengingat Balikpapan kota jasa dan industri, bukan kota seni. Jawabannya, bisa. Apakah sulit? Jelas pasti. Namun apakah kita malah semakin melupakan perlunya seni, tentu tidak,” kata Abi. #jangankapokbergerak


Baca Juga : 
CREATIVE SPACE ART GEDUNG KESENIAN SWASTA PEMANTIK PERGERAKAN SENI DI BALIKPAPAN
SEJENAK NGOBROL TENTANG PERGERAKAN SENI FOKUS KOTA BALIKPAPAN
PAMERAN KEEMPAT FOKUS PENJAKES MEWARNAI BALIKPAPAN
PAMERAN KETIGA FOKUS MATHILDA FEST
PAMERAN KEDUA FOKUS POJOK SENI DAN USAHA KREATIF
PAMERAN PERTAMA FOKUS SENI RUPA BANGKIT
PAMERAN PENJAKES DIAPRESIASI GOL A GONG

*SEMUA FOTO : DOKUMENTASI FOKUS KOTA BALIKPAPAN



Comments