SEMANGART 45 - PAMERAN SENI KELIMA FOKUS BALIKPAPAN
Pameran seni bertajuk “SemangART 45” di Creative Art Space,
Balikpapan, berakhir, Jumat (31/8/2018) malam. Selama 15 hari, sekian acara terangkum di rumah sederhana yang kami sebut sebagai “Gedung Kesenian Swasta
versi kontrakan” ini.
SemangART 45 adalah pameran kelima yang dihelat Forum Kreatif Usaha Sama-sama (Fokus) Balikpapan, Kaltim, sejak forum dibentuk April 2016 lalu. Sebanyak 45 seniman muda, membawa lebih dari 100 karya di "gedung" yang berlokasi di Jalan Satu, Kampung Timur, Balikpapan Utara, Kota Balikpapan, Kaltim itu. Tak hanya karya, digelar pula sejumlah agenda seni, setiap harinya, selama pameran berlangsung 17-31 Agustus.
Fokus Balikpapan, sejak awal memantapkan sikap bahwa apa yang dilakukan (termasuk pameran), adalah bagian dari pergerakan seni. Mengenalkan seni ke publik. Karena itulah, pameran tak hanya sebatas diisi karya-karya yang dipajang, dan setelah acara, Creative Art Space tetap buka.
Penggerak literasi, yang juga Pelaksana Harian Gerakan Literasi Nasional Kemendikbud, Wien Muldian, menyempatkan diri berkunjung ke pameran, di hari terakhir, Jumat (31/8) malam, di sela-sela acaranya terkait literasi, di Kaltim. Forum diskusi pun dibuka. Wien Muldian menyuntikkan semangat dan arahan bagaimana agar Fokus Balikpapan melihat peluang-peluang ke depan, dan mengambilnya.
Sebelumnya, ada juga ngobrol santai tentang potensi diri dengan Sensing-Thinking-Insting-Feeling-Intituiting (STIFIn) yang menghadirkan Asriana Kibtiyah—doktor psikologi yang juga motivator. Bu Asriana menyempatkan ke markas Fokus ini di sela-sela agenda padatnya di Balikpapan.
Sesuai judul pameran, Semangart 45, berarti juga ini semakin menyuntikkan semangat bagi kawan-kawan. Agar jangan pernah lelah, apalagi kapok bergerak menyuarakan seni bagi publik. Semakin memberi warna seni untuk Kota Balikpapan.
#jangankapokbergerak
BACA JUGA :
SERUTU VOL 03 - MENGGAMBAR SKETSA, DONGENG, DAN SEKOLAH YANG MEMERDEKAKAN ANAK
DARI CREATIVE ART SPACE, FOKUS MENUJU LEMARI SENI BALIKPAPAN
DARI BALIKPAPAN, ART DAY 1 AWALI WUJUDKAN HARI SENI
AKTIVITAS PERTAMA DI LEMARI SENI BALIKPAPAN, DISKUSI SOAL NGE-BLOG
KELAS MENJAHIT SAMANTHA PROJECT-BARAKATI DI LEMARI SENI BALIKPAPAN
CREATIVE ART SPACE GEDUNG KESENIAN "SWASTA" PEMANTIK PERGERAKAN SENI DI BALIKPAPAN
SEJENAK MENGOBROL TENTANG GERAKAN SENI DI BALIKPAPAN
CREATIVE ART SPACE MENULARKAN "VIRUS SENI" DI BALIKPAPAN
TENTANG FOKUS KOTA BALIKPAPAN
PAMERAN PERTAMA FOKUS - SENI RUPA BANGKIT
PAMERAN KEDUA FOKUS - POJOK SENI DAN USAHA KREATIF
PAMERAN PENJAKES DIAPRESIASI GOL A GONG
PAMERAN KETIGA FOKUS - MATHILDA FEST
PAMERAN KEEMPAT FOKUS - PENJAKES MEWARNAI BALIKPAPAN
SemangART 45 adalah pameran kelima yang dihelat Forum Kreatif Usaha Sama-sama (Fokus) Balikpapan, Kaltim, sejak forum dibentuk April 2016 lalu. Sebanyak 45 seniman muda, membawa lebih dari 100 karya di "gedung" yang berlokasi di Jalan Satu, Kampung Timur, Balikpapan Utara, Kota Balikpapan, Kaltim itu. Tak hanya karya, digelar pula sejumlah agenda seni, setiap harinya, selama pameran berlangsung 17-31 Agustus.
Karya-karya mereka, para seniman dan pekerja kreatif ini, berupa
lukisan, instalasi, kerajinan (kriya), komik, dan lain-lainnya. Buku-buku
karangan penulis di Balikpapan juga turut dipamerkan. Sejumlah koleksi dari
Galeri Wessaury seperti uang kertas kuno dan puluhan majalah lawas Tempo, tak
ketinggalan dipajang.
Fokus Balikpapan, sejak awal memantapkan sikap bahwa apa yang dilakukan (termasuk pameran), adalah bagian dari pergerakan seni. Mengenalkan seni ke publik. Karena itulah, pameran tak hanya sebatas diisi karya-karya yang dipajang, dan setelah acara, Creative Art Space tetap buka.
Selama 15 hari, beberapa acara yang digelar antara lain pertunjukan
dari komunitas seni “Semut Merah”; live painting oleh Brush Borneo Community; komunitas
gembelbalikpapan; dan Sanggar Pattonro.
Tak hanya itu karena ada juga kunjungan anak-anak dari beberapa sekolah/PAUD. Setiap hari selama pameran, sejumlah kawan-kawan seniman, juga bertemu saling mengobrol. Bahkan juga sejumlah warga yang penasaran “ada acara apa di rumah ini?”, sehingga akhirnya mereka berhenti berkendara dan sejenak mampir kala melintas di depan "gedung" tempat pameran.
Tak hanya itu karena ada juga kunjungan anak-anak dari beberapa sekolah/PAUD. Setiap hari selama pameran, sejumlah kawan-kawan seniman, juga bertemu saling mengobrol. Bahkan juga sejumlah warga yang penasaran “ada acara apa di rumah ini?”, sehingga akhirnya mereka berhenti berkendara dan sejenak mampir kala melintas di depan "gedung" tempat pameran.
Abi memaparkan, semangat awal yang dibawa adalah mengenalkan
seni ke masyarakat. Balikpapan bukan kota seni, melainkan kota industri dan jasa.
Lebih sulit mengenalkan seni, tetapi di sisi lain, ini menjadi tantangan. Tepatnya,
tantangan gampang-gampang sulit, tetapi menarik, yang akan selalu ada sepanjang waktu.
“Masih ada orang yang bertanya, di mana seniman di Balikpapan.
Bagaimana karya-karya mereka? Tentu saja, senimannya ada, cukup banyak. Namun dalam
kacamata publik, jika mudah melihat karya seni dan ada cukup banyak pameran
seni, itu parameter sederhana untuk menanamkan ke benak, bahwa memang ada geliat
seni,” kata Abi.
Kenyataan bahwa Balikpapan belum memiliki galeri seni, menjadi
satu dari sekian faktor krusial bahwa apresiasi seni akhirnya belum maksimal terwujud.
Meski itu adalah juga kondisi di banyak daerah. Karena tidak memiliki galeri
seni, publik pun bingung mau melihat karya seni di mana. Hanya sebatas menunggu jadwal agenda pameran, yang kemudian terjadi, dan itu tentu bukan keadaan ideal.
Sekian pertanyaan itulah yang ingin dijawab secara sederhana, oleh
Fokus Kota Balikpapan. Salah satunya dengan menggelar pameran, yang kali ini
diberi judul “SemangART 45”. Mengambil momentum Hari Kamerdekaan ke-73 Republik
Indonesia, Abi ingin itu juga menjadi peletup semangat bagi kawan-kawan
seniman—yang juga disebutnya sebagai pekerja, relawan kreatif, dan pelaku seni
kreatif ini.
“Apakah ini pameran yang terkesan kurang layak dalam memajang karya,
ya bisa saja ada sebagian menggapnya demikian. Tidak ada pendingin (AC), kondisi
rumah yang belum mendukung, dan lain-lain. Banyak kekurangan. Namun ini gerakan
mandiri, swadaya sendiri, sehingga apa yang kami tampilkan adalah semaksimal
yang kami bisa,” kata Abi.
Beginilah cara sederhana yang Abi dan kawan-kawan di Fokus lakukan di bagian awal pergerakan seni. Seniman
mesti “membumi” untuk menjangkau semua kalangan, bahkan orang yang sangat awam
akan seni sekalipun. Artinya, soal karya laku, itu bukan tujuan utama. Sebab
tujuan utama adalah ruang-ruang penerimaan seni semakin terbuka.
Muaranya adalah, masyarakat tahu ada geliat seni di kota ini,
dan tertarik. Tahu di mana bisa melihat karya seni, mengenal seniman-seniman di
kotanya sendiri, hingga tahu tata cara melihat (menikmati) karya seni. Ketika
anak-anak pun bisa dibawa melihat pameran, bagi Abi, itu juga hal penting.
“Kami sadar, cara pandang seperti itu kurang lazim. Betul, seniman mesti punya sisi idealis. Bahkan urusan idealis itu, tak hanya untuk seniman saja. Betul, seniman hidup dari karya. Namun apa yang sebenarnya menjadi kegembiraan kami, adalah ketika masyarakat semakin tahu agenda-agenda seni di kotanya sendiri, tertarik datang, menikmati, tahu karya-karya kami, mengenal senimannya juga, tahu bagaimana kami bergerak, dan kemudian terinspirasi,” ucap Abi.
“Kami sadar, cara pandang seperti itu kurang lazim. Betul, seniman mesti punya sisi idealis. Bahkan urusan idealis itu, tak hanya untuk seniman saja. Betul, seniman hidup dari karya. Namun apa yang sebenarnya menjadi kegembiraan kami, adalah ketika masyarakat semakin tahu agenda-agenda seni di kotanya sendiri, tertarik datang, menikmati, tahu karya-karya kami, mengenal senimannya juga, tahu bagaimana kami bergerak, dan kemudian terinspirasi,” ucap Abi.
Fokus Kota Balikpapan ingin bergerak “berbeda” di tengah
anggapan sebagian pihak yang pesimis akan perkembangan seni di Balikpapan, atau
juga masih pesimistis akan kemampuan seniman, termasuk cara pergerakannya, dan
setumpuk kondisi lain. Bergerak berbeda itu pun, menurut Abi, belum tentu juga
dianggap berbeda oleh sebagian yang lain.
“Balikpapan, bagi sebagian orang, belum dianggap sebagai kota
seni. Masih jauh, jika parameternya adalah Bali, Yogyakarta, Surabaya, Jakarta,
Solo, Semarang, atau Bandung. Namun jika Balikpapan, dalam arti seniman-seniman
yang ada, tidak bergerak, maka tentu Balikpapan semakin ketinggalan dari
daerah-daerah itu,” kata Abi yang adalah pelukis ini.
Anak-anak dari PAUD Handayani 4, Balikpapan, menjadi salah satu
pengunjung pameran SemangART 45. Mereka disambut, dan dijelaskan tentang
macam-macam seni. Anak-anak dipandu ke ruang pameran, melihat satu per satu
karya, dari lukisan, action figure berbahan kertas, tas-tas, rajutan, buku-buku
karya penulis di Balikpapan, hingga karya instalasi.
Saat melihat lukisan, action figure seperti robot dan mainan
dari kertas, dan karya-karya instalasi seperti kapal kayu, anak-anak diberi
pemahaman bahwa itu jangan dipegang. “Anak-anak mengiyakan meski masih
penasaran,” kata Baldwine Honest, Kepala PAUD Handayani 4.
Masuk ke ruang berisi buku-buku, anak-anak dijelaskan tentang
pentingnya membaca buku. Beberapa karya dari sekolah lain, juga diperlihatkan.
Sesi terakhir anak-anak ini di sana adalah menggambar bebas. Mereka diberi
kertas dan pensil, dan sesekali Abi memberi arahan. Sejumlah wali murid yang turut
masuk ke pameran, juga sama antusiasnya.
“Kunjungan ke pameran ini
untuk mengenalkan seni kreatif kepada murid-murid sejak dini. Sehingga bisa
memacu daya kreativitas dan imajinasi mereka. Anak-anak harus mengenal dan
mencintai seni. Semoga Fokus Balikpapan tetap semangat menularkan kecintaan
karya seni kepada masyarakat, juga pada anak-anak,” kata Honest.
Rudi, papercrafter, yang menaruh karya-karya action figure
berbahan kertas, di pameran, juga antusias. Menurut Rudi, karya seni di
Balikpapan masih kurang bisa dinikmati karena kurangnya wadah (agenda)
pameran-pameran besar bagi seniman/pengkarya baru, khususnya papercraft.
“Papercraft sebenarnya bisa dipelajari siapapun. Sebenarnya
papercraft bisa jadi wadah untuk anak-anak belajar membuat mainan sendiri,
sehingga tidak harus membeli. Ini juga bisa mengasah kesabaran dan ketelian
anak,” kata Rudi.
Penggerak literasi, yang juga Pelaksana Harian Gerakan Literasi Nasional Kemendikbud, Wien Muldian, menyempatkan diri berkunjung ke pameran, di hari terakhir, Jumat (31/8) malam, di sela-sela acaranya terkait literasi, di Kaltim. Forum diskusi pun dibuka. Wien Muldian menyuntikkan semangat dan arahan bagaimana agar Fokus Balikpapan melihat peluang-peluang ke depan, dan mengambilnya.
Sebelumnya, ada juga ngobrol santai tentang potensi diri dengan Sensing-Thinking-Insting-Feeling-Intituiting (STIFIn) yang menghadirkan Asriana Kibtiyah—doktor psikologi yang juga motivator. Bu Asriana menyempatkan ke markas Fokus ini di sela-sela agenda padatnya di Balikpapan.
Sesuai judul pameran, Semangart 45, berarti juga ini semakin menyuntikkan semangat bagi kawan-kawan. Agar jangan pernah lelah, apalagi kapok bergerak menyuarakan seni bagi publik. Semakin memberi warna seni untuk Kota Balikpapan.
#jangankapokbergerak
semua foto : dokumentasi Fokus Kota Balikpapan
BACA JUGA :
SERUTU VOL 03 - MENGGAMBAR SKETSA, DONGENG, DAN SEKOLAH YANG MEMERDEKAKAN ANAK
DARI CREATIVE ART SPACE, FOKUS MENUJU LEMARI SENI BALIKPAPAN
DARI BALIKPAPAN, ART DAY 1 AWALI WUJUDKAN HARI SENI
AKTIVITAS PERTAMA DI LEMARI SENI BALIKPAPAN, DISKUSI SOAL NGE-BLOG
KELAS MENJAHIT SAMANTHA PROJECT-BARAKATI DI LEMARI SENI BALIKPAPAN
CREATIVE ART SPACE GEDUNG KESENIAN "SWASTA" PEMANTIK PERGERAKAN SENI DI BALIKPAPAN
SEJENAK MENGOBROL TENTANG GERAKAN SENI DI BALIKPAPAN
CREATIVE ART SPACE MENULARKAN "VIRUS SENI" DI BALIKPAPAN
TENTANG FOKUS KOTA BALIKPAPAN
PAMERAN PERTAMA FOKUS - SENI RUPA BANGKIT
PAMERAN KEDUA FOKUS - POJOK SENI DAN USAHA KREATIF
PAMERAN PENJAKES DIAPRESIASI GOL A GONG
PAMERAN KETIGA FOKUS - MATHILDA FEST
PAMERAN KEEMPAT FOKUS - PENJAKES MEWARNAI BALIKPAPAN
Trims Admin untuk Share artikelnya.
ReplyDeleteOh ya sekedar informasi aja nih, bagi yang membutuhkan Sewa Genset Syncronize Bali untuk keperluan berbagai acaranya bisa coba hubungi kami ya.
Salam blogger min.